JURNALINDONESIA.CO – Pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Gudang Garam Tbk, tidak hanya berdampak pada karyawan.
Namun, masyarakat yang berkaitan dengan industri tersebut juga terkena imbasnya.
Ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung pada pabrik rokok itu, akan runtuh.
****
Salah satu produsen rokok terbesar di Tanah Air, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kini tengah di landa pilu.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kini tengah diisukan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan.
Hal ini pun menjadi penyebab anjloknya harta kekayaan pemilik produsen rokok tersebut.
Hal ini sejalan dengan turunnya permintaan terhadap rokok.
Faktor utama di balik anjloknya penjualan tembakau itu adalah makin masifnya peredaran rokok ilegal di pasaran.
Rokok yang tak terkenai cukai ini menawarkan harga yang jauh lebih murah, bahkan jika dibandingkan dengan rokok lintingan (rokok tingwe).
Bahkan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menghentikan pembelian tembakau dari Temanggung karena penjualan rokoknya menurun drastis, menyebabkan penurunan omzet dan peningkatan stok tembakau di pabrik.
Hal ini juga tercermin dari kinerja keuangannya pada semester I 2025.
PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga semester I tahun 2025 sebesar Rp 117,1 miliar.
Laba tersebut anjlok 87,3% jika dibandingkan semester I tahun 2024 yang sebesar Rp 925,5 miliar.
Mengutip laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut karena pendapatan GGRM hingga Juni 2025 turun 11,4% jadi Rp 44,3 triliun dari perolehan Juni 2024 yang sebesar Rp 50,01 triliun.
Bahkan dalam performa laba bersih GGRM 10 tahun terakhir, tercatat terus mengalami penurunan.
Alhasil, performa harga saham GGRM di sepanjang tahun ini telah merosot 33,71%, bahkan dalam 5 tahun terakhir telah anjlok 81,18% di level Rp8.800 hingga perdagangan Jumat (4/9/2025).
Penurunan performa kinerja keuangan Gudang Garam pun berpengaruh pada nilai kekayaan pemilik Gudang Garam saat ini yang dipegang oleh Susilo Wonowidjojo.
Menurut Forbes 2024, kekayaan keluarga Susilo tercatat sekitar US$2,9miliar atau setara dengan Rp 47,4 triliun (Rp16.345/US$1).
Diketahui, Susilo memegang 1.709.685 lembar saham, yang setara dengan 0,09% dari total kepemilikan saham PT GudangGaram Tbk (GGRM).
Meskipun proporsi sahamnya relatif kecil, posisi Susilo Wonowidjojo sangat penting dalam struktur kepemilikan karena dia adalah Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk.
Berdasarkan data Forbes, nilai kekayaan Susilo Wonowidjojo mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejalan dengan performa kinerja keuangan Gudang Garam.
Nilai kekayaan Susilo sempat mengalami kenaikan pada 2014 ke 2018, sejalan dengan kenaikan laba bersih Gudang Garam.
Namun sayangnya sejak 2019 hingga 2024, harta kekayaan Susilo semakin terkikis.
Bahkan jika dihitung sejak nilai kekayaan 2018 sebesar US$9,2 miliar hingga menjadi US$2,9 miliar, berarti kekayaan Susilo sudah turun sebanyak 68,5% atau ia telah kehilangan sebesar US$6,3 miliar dalam enam tahun terakhir atau jika dirupiahkan saat ini sebesar Rp103,41 triliun (Rp16.415/US$1).
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Sumber artikel: cnbcindonesia.com