JURNALINDONESIA.CO – Alkhan Abdiela Hidayat, murid Kelas 7 SMP Cikal Lebak Bulus berhasil meraih medali Perunggu dalam kompetisi International Youth Robotic Competition (IYRC) Korea melawan 22 negara yang digelar September 2022.
Alkhan mengharumkan nama Indonesia atas karya robotiknya bernama “Maculer” yang terinspirasi dari identitas Indonesia sebagai negara pertanian.
Pembuatan robot Maculer ia didedikasikan untuk menggemburkan tanah, memberi pupuk dan menyemprotkan bakterisida yang berfungsi mengobati hama bakteri dan jamur pada tanaman. Tak hanya medali yang membuat bangga, Alkhan merupakan murid Pendidikan Inklusi yang mampu mendobrak keterbatasan akibat disleksia, diskalkulia serta dispraksia.
Disleksia tak hambat prestasi Sang Ibu, Puji mengatakan bahwa putranya merupakan anak dengan disleksia, yakni gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja.
Alkhan juga mengalami diskalkulia, yaitu kesulitan belajar dalam memahami matematika dan simbol-simbol matematika. Juga mengalami dispraksia, yaitu gangguan umum yang mempengaruhi gerakan dan koordinasi). Namun menariknya, matematika menjadi pelajaran yang disukai Alkhan sejak masih SD. Puji dan juga ayah Alkhan percaya bahwa dengan dukungan penuh dari orangtua dan juga sekolah dengan pendidikan inklusi, Alkhan tetap dapat bertumbuh dan berkarya dengan percaya diri.
“Kami percaya setiap anak punya kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan Alkhan, kami ingin Cikal sebagai sekolah Alkhan dapat membantu kami dan tentunya Alkhan untuk bisa menerima kekurangan dan kelebihannya juga belajar untuk mengatasi kekurangannya agar Alkhan bisa tumbuh dengan percaya diri dalam menggapai cita-citanya,” tuturnya dalam keterangan resmi.
Ikut les robotik sejak SD dan gemar main lego Alkhan bercerita, dirinya mulai belajar coding dan juga menyukai matematika sejak SD. Bahkan, sejak SD ia kerap mengikuti berbagai kompetisi robotik di tingkat nasional maupun internasional dan meraih banyak medali.
“Aku mulai robotik sejak kelas satu SD, namun aku mulai sangat menyukai robotik sejak bertemu dengan timku “Garuda Muda” dan bekerja sama untuk pertama kali di International Youth Robotic Competition (IYRC) dan langsung mendapatkan Perunggu (bronze) internasional pertamaku,” cerita Alkhan. Puji menceritakan bahwa Alkhan telah mengikuti les robotik sejak kelas 1 SD dan senang sekali bermain lego sejak kecil.
“Alkhan mengikuti les robotik sejak kelas 1 SD waktu itu dimulai dari hal yang sederhana seperti menyusun brick atau lego,” ujar Puji. Sebagai orangtua, Puji dan suami mendukung penuh Alkhan dengan memfasilitasinya seperti les hingga perlengkapan yang diperlukan. “Meskipun kami tidak memiliki latar belakang di bidang robotik tetapi kami senang Alkhan bisa tahan berjam jam fokus saat otak-atik robotik,” ucapnya.
Manfaatkan teknologi untuk pertanian Alkhan berbagi cerita bahwa ia membutuhkan waktu dua bulan untuk persiapan lomba melawan 22 negara. “Untuk lomba kali ini dari orangtua dan teman di komunitas robotik, aku bersama tim mendaftar secara online, persiapan sekitar 2 bulan dan lombanya juga online. Pesertanya sangat banyak dan dari banyak negara di seluruh dunia,” cerita Alkhan.
Ia mengungkapkan bahwa ide pembuatan robot Maculer terinspirasi dari identitas Indonesia sebagai negara agraris, namun, masih kurang dalam pemanfaatan teknologinya. “Karya Maculer adalah project lanjutan dari karya-karya Robotikku sebelumnya yang berhubungan dengan pertanian karena Indonesia negara agraris, namun sayangnya pemanfaatan teknologi pertanian masih kurang. Maculer sendiri diambil dari kata “macul” yang biasa petani kerjakan saat awal mengolah tanah,” ceritanya. Alkhan menambahkan bahwa terdapat 3 fungsi yang dituju robot Maculer, yakni menggemburkan tanah, memberi pupuk dan menyemprotkan bakterisida (yang berfungsi mengobati hama bakteri dan jamur pada tanaman).
Di akhir bercerita Alkhan menyampaikan harapan dan impiannya menjadi seorang Arsitek yang dapat memanfaatkan robotik dalam desain karya-karyanya di masa depan, seraya mengasah hobinya di bidang olahraga basket. “Aku ingin menjadi arsitek yang paham robotik dan memanfaatkan robotik kedalam designku juga bisa terus menjalankan hobiku bermain basket sampai jago, aku mau jadi ahli robotik tetapi aku lebih tertarik menjadi arsitek yang memahami robotik,” tutup Alkhan.
Sumber : Kompas.com
Link : https://www.kompas.com/edu/read/2023/01/17/101606171/ciptakan-robot-pertanian-siswa-indonesia-raih-medali-lawan-22-negara?page=all#page2
57