JURNALINDINESIA.CO – Arab Saudi menyerukan warga negaranya untuk mematuhi imbauan perjalanan yang dirilis untuk Lebanon. Riyadh juga mengimbau warganya yang kini ada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut.
Seperti dilansir Al Arabiya News dan AFP, Kamis (19/10/2023), Kedutaan Besar Saudi di Lebanon mengatakan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan situasi di Lebanon bagian selatan, yang beberapa hari terakhir diwarnai ketegangan dengan adanya serangan lintas perbatasan..
“Menyerukan semua warga untuk mematuhi larangan perjalanan dan untuk segera meninggalkan wilayah Lebanon bagi mereka yang saat ini berada di Lebanon,” tegas Kedutaan Besar Saudi di Lebanon dalam pernyataannya.
Pernyataan Kedutaan Besar Saudi itu juga mengimbau setiap warga negaranya yang ada di Lebanon untuk ‘berhati-hati dan menjauhi tempat-tempat di mana pertemuan atau unjuk rasa digelar’.
Ketegangan meningkat di perbatasan Lebanon dan Israel setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang. Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza untuk membalas Hamas, dengan nyaris 3.500 orang dilaporkan tewas sejauh ini.
Situasi itu mendorong faksi-faksi Palestina yang ada di Lebanon untuk meluncurkan roket dan rudal ke wilayah Israel, yang berujung aksi saling serang lintas perbatasan. Israel membalas dengan menargetkan kelompok Hizbullah dalam serangannya ke Lebanon, yang menuai serangan balik oleh Hizbullah.
Sedikitnya 10 militan Hizbullah tewas sejauh ini dalam aksi saling serang tersebut. Serangan lintas perbatasan itu juga menewaskan seorang wartawan yang sedang melakukan peliputan di sisi perbatasan Lebanon dan dua warga sipil lainnya. Tiga orang tewas dilaporkan dari pihak Israel.
Beberapa negara lainnya telah merilis imbauan perjalanan bagi warganya yang ingin mengunjungi Lebanon dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya Amerika Serikat (AS) yang pada Selasa (17/10) memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon.
Departemen Luar Negeri AS juga mengizinkan para personel non-darurat untuk meninggalkan Lebanon karena ‘situasi keamanan yang tidak bisa diprediksi’ di negara yang berbatasan dengan Israel, sekutu AS.
Situasi keamanan yang dimaksud, menurut Departemen Luar Negeri AS, adalah baku tembak roket, rudal, dan artileri antara Israel dan Hizbullah atau faksi-faksi milisi bersenjata lainnya.
Sumber : detik.com