JURNALINDONESIA.CO – Negara-negara Barat kompak menyatakan kecaman atas serangan besar-besaran pejuang Hamas ke Israel yang dinamai Operasi Badai Al-Aqsa sejak Sabtu (7/10/2023) lalu. Kendati demikian, tak ada kecaman serupa saat serangan Israel membunuh sedikitnya 91 anak-anak di Gaza.
Pejabat Palestina melaporkan agresi militer Israel telah melenyapkan 15 keluarga Palestina di Gaza, dengan menargetkan rumah mereka. Jumlah korban meninggal dunia akibat serangan udara Israel di daerah kantong yang terkepung meningkat menjadi 436 orang.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebut korban meninggal di Gaza termasuk 91 anak-anak dan 61 wanita. Secara terpisah, PBB mengatakan lebih dari 123.000 orang Gaza telah mengungsi, sejak meningkatnya kekerasan antara Hamas dan Israel baru-baru ini.
Setidaknya 32 warga Palestina dilaporkan gugur pada, Senin (9/10/2023). Mereka menjadi korban dalam serangan udara baru Israel. Termasuk di dalamnya adalah 19 warga Palestina dari keluarga yang sama di kota Rafah, selatan Kota Gaza. Wilayah yang terkepung ini mengalami rentetan kekerasan paling mematikan dalam beberapa tahun.
Dilansir di TRT World, Senin (9/10/2023), lima warga Palestina gugur dalam serangan lain yang menargetkan sebuah rumah di kota Khan Younis di Gaza selatan. Empat orang juga kehilangan nyawa dalam serangan udara lainnya terhadap sebuah rumah di lingkungan al Zaatar, Gaza utara.
Serangan yang dilakukan pasukan Israel juga menargetkan sebuah rumah di Deir al Balah, Gaza tengah, yang mengakibatkan tiga orang gugur. Seorang gadis disebut meninggal dunia dan beberapa orang terluka, dalam serangan terhadap sebuah masjid di kamp pengungsi Al Shati, sebelah barat Kota Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Dalam Negeri yang dijalankan oleh kelompok Palestina Hamas, menyebut jet tempur milik Israel juga melancarkan beberapa serangan udara di Beit Lahia di Gaza utara.
Tentara Israel mengatakan pesawatnya terus menggempur Gaza dengan tujuan untuk “menghancurkan kemampuan” Hamas. Sebuah pernyataan militer mengatakan, beberapa pos komando hancur dalam serangan itu, termasuk aset operasional yang digunakan oleh Hamas yang terletak di sebuah masjid di Jabaliya.
Sementara itu, kelompok Palestina di Gaza menembakkan roket ke Israel selatan. Hamas mengatakan pihaknya menembakkan sekitar 100 roket ke arah kota pesisir Ashkelon.
Layanan ambulans Magen David Adom melaporkan satu orang mengalami luka ketika sebuah roket langsung menghantam sebuah gedung apartemen di kota itu. Di sisi lain, Kelompok Jihad Islam Palestina juga mengatakan pihaknya menembakkan beberapa roket ke arah Tel Aviv.
Pada Sabtu (7/10/2023) lalu, Hamas melancarkan serangan terbesarnya terhadap Israel dalam beberapa dekade. Mereka menembakkan ribuan roket dan mengirimkan pejuang yang menyusup ke kota-kota Israel di dekat Gaza.
Kelompok tersebut mengatakan serangannya merupakan respons terhadap pelanggaran Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, serta meningkatnya kekerasan terhadap pemukim. Kementerian Kesehatan Israel mengumumkan setidaknya 700 warga Israel tewas dan lebih dari 2.300 lainnya terluka akibat serangan itu.
Israel kemudian membalas menyerang, dengan tentara Israel memulai Operasi Pedang Besi melawan Hamas melalui serangkaian serangan udara di Gaza. Aksi tersebut menewaskan lebih dari 430 warga Palestina dan melukai sedikitnya 2.300 lainnya.
Terbaru, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah menggunakan seluruh kekuatan Israel untuk menghancurkan kemampuan Hamas. Ia juga mengatakan rencananya untuk membalas dendam atas hari kelam ini.
Negara-negara Barat dengan lekas secara serentak mengecam serangan Hamas. Di Jerman, Bendera Israel disorotkan di Gerbang Brandenburg di Berlin. Sedangkan NATO dan Uni Eropa menyebut aksi Hamas sebagai terorisme.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang dilakukan secara tertutup Senin ini, tak ada kecaman sebaliknya atas aksi kejam Israel yang mereka lancarkan di Hamas. Amerika Serikat justru mendesak 15 anggota dewan tersebut untuk mengecam keras Hamas. “Ada banyak negara yang mengutuk serangan Hamas. Tentu saja tidak semuanya,” kata diplomat senior AS Robert Wood kepada wartawan setelah sesi tersebut.
Sumber : republika.co.id