Pemukim Israel Bakar Rumah Warga Palestina dan Merusak Kendaraan dan Toko

Oleh :

JURNALINDONESIA.CO – Eskalasi saling balas dengan tindakan kekerasan di Israel-palestina makin menjadi-jadi. Penembakan oleh warga Palestina yang menewaskan tujuh pengunjung sinagog di Yerusalem Timur jadi alasan Israel dan warganya melakukan kekerasan balasan.

Di Tepi Barat, pemukim Israel membakar sebuah rumah Palestina dan merusak beberapa kendaraan dan toko di wilayah pendudukan pada Ahad (29/1). Belasan pemukim membakar rumah kosong dan menyerang rumah terdekat di Kota Turmus Ayya, sebelah timur Ramallah pada tengah malam.

Seorang warga setempat, Awad Abu Samra, mengatakan, serangan itu terjadi di bawah pengawasan pasukan tentara Israel. Mereka hanya berjarak 150 meter dari tempat kejadian. “Para pemukim juga menyerang beberapa kendaraan,” ujar Abu Samra, dilaporkan Anadolu Agency, Ahad (29/1).

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana untuk mempermudah warga Israel membawa senjata setelah serangan di sinagog. Netanyahu mengatakan, mempermudah warga Israel untuk mendapatkan izin membawa senjata akan mengurangi kekerasan. “Kami telah melihat, berkali-kali bahwa warga sipil yang heroik, bersenjata, dan terlatih menyelamatkan nyawa,” ujar Netanyahu.

Militer Israel telah mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat. Kendati demikian, tidak ada tanda-tanda Israel sedang mempersiapkan operasi militer skala besar.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyalahkan Israel atas kekerasan tersebut. Menurut perkiraan PBB, sepanjang 2022, pemukim Israel melakukan 849 serangan terhadap warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat.

Segel rumah

Polisi Israel pada Ahad (29/1) jugs menyegel rumah keluarga seorang pria bersenjata Palestina yang menjadi pelaku serangan di sinagog. Otoritas Israel mengelas pintu dan menutup jendela rumah keluarga pelaku penembakan di sinagog. Keluarga pelaku mengatakan, kakek mereka telah dibunuh oleh seorang warga Israel 25 tahun lalu.

Pada Sabtu (28/1), seorang anak laki-laki Palestina berusia 13 tahun menembak sekelompok warga sipil Israel di Yerusalem. Penembakan ini melukai dua orang. Pemerintah Israel juga menyegel rumah keluarga penembak itu.

Langkah lebih lanjut diumumkan untuk memperkuat permukiman di Tepi Barat, dan mencabut hak tinggal kerabat warga Palestina yang melakukan serangan. “Sementara kami tidak akan ragu untuk bertindak melawan terorisme, kami ingin mendapatkan kembali ketenangan dan kestabilitasan di lapangan,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant setelah meninjau keamanan di Tepi Barat.

Hukuman kolektif adalah salah satu aksi yang dilarang dalam Konvensi Jenewa. “Tidak ada orang yang dilindungi, yang boleh dihukum untuk pelanggaran yang tidak dilakukannya secara pribadi. Hukuman kolektif dalam semua tindakan ataupun pencegahan anti-terorisme dilarang. Penjarahan dilarang. Pembalasan terhadap orang yang dilindungi dan properti mereka dilarang,” demikian bunyi Artikel 33 Konvensi Jenewa.

Sedangkan sebagian pemukim Yahudi, yang menuding Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir sebagai penyebab atas serangan mematikan di sebuah sinagog di Yerusalem Timur. Ben-Gvir tiba di lokasi penyerangan, tetapi dia disambut dengan teriakan dan umpatan dari para pemukim yang marah.

“Kejadian ini di bawah pengawasanmu! Mari kita lihat apa yang kamu lakukan sekarang,” teriak seorang pria, dilaporkan Middle East Monitor.

Sebuah video yang diterbitkan oleh surat kabar Yedioth Ahronoth menunjukkan, Ben-Gvir dikawal oleh polisi di tengah para pemukim yang marah dan menyerangnya secara verbal.

Ben-Gvir yang dikenal sebagai tokoh politik sayap kanan memicu kecaman ketika dia mengunjungi kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur. Ben-Gvir telah berkali-kali bergabung dengan pemukim Israel dalam menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa.

Pada November, dalam sebuah audio yang bocor, Presiden Israel Isaac Herzog memperingatkan bahwa “seluruh dunia khawatir” tentang pandangan sayap kanan Ben-Gvir. Pada Kamis (27/1), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak permintaan Ben-Gvir, untuk mengizinkan pemukim mengatur pawai bendera “provokatif” di Yerusalem.

Paus Fransiskus pada Ahad (29/1) meminta Israel dan Palestina berdialog untuk mencapai perdamaian. Fransiskus mengatakan, dia sangat sedih dengan berita tentang orang Palestina yang terbunuh selama operasi kontra-terorisme Israel, serta kematian orang Yahudi Israel dalam serangan penembakan sinagog pada Jumat (27/1).

“Dengan rasa sakit yang luar biasa saya mendengar berita yang datang dari Tanah Suci. Spiral kematian yang tumbuh setiap hari tidak melakukan apa-apa selain membunuh sedikit kepercayaan yang ada di antara kedua bangsa ini,” kata Fransiskus.

“Saya mendesak kepada kedua pemerintah dan komunitas internasional, dan saya meminta mereka untuk segera menemukan jalan keluar yang mencakup dialog dan pencarian perdamaian yang tulus,” ujar Fransiskus menambahkan.

 

Sumber: republika

/ JANGAN LEWATKAN

Sebanyak 50 jemaah warga Indonesia berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji secara cuma-cuma atas undangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud. …

Sedikitnya sudah 36.801 warga Palestina tewas dalam serangan brutal tentara Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza sejak Oktober lalu. Jumlah korban pembantaian massal warga …

JURNALINDONESIA.CO – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan telah memasukkan Israel ke dalam daftar hitam (black list) negara dan organisasi yang membahayakan anak-anak …

JURNALINDONESIA.CO – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta negara-negara untuk mengakhiri keterlibatan mereka dalam kejahatan yang berbentuk serangan mematikan selama berbulan-bulan di Jalur Gaza dengan …