banner 728x90 banner 728x90

Tan Malaka Bapak Republik yang Terlupakan, Penulis Madilog Tewas di Tangan Bangsa Sendiri

Tan Malaka, bapak Republik yang terlupakan.
banner 468x60

JURNALINDONESIA.CO – Tan Malaka adalah sosok pejuang kemerdekaan Indonesia.

Dia adalah pemikir dan pahlawan Indonesia yang terlupakan.

Dari mulutnya pernah keluar cita-cita Indonesia sebagai negara Republik.

***

Ada satu ungkapan Ibrahim Datuk Tan Malaka terkait agama yang begitu terkenal. Begini bunyinya:

“Ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia.”

Terlepas dari ungkapan legendaris sang Bapak Republik Indonesia itu, Tan Malaka yang jelas dibesarkan di tengah keluarga muslim yang taat.

Sebagaimana anak Minangkabau pada umumnya, yang dibesarkan di pantai barat Sumatera, masa kecil Tan Malaka juga dihabiskan untuk mengaji di surau.

Meski begitu, soal tahun kelahirannya, banyak versi.

Sebagaimana ditulis Satriono Priyo Utomo dalam jurnal Sejarah Citra Lekha dalam “Langkah ‘Merah’ Pemikiran Pendidikan Tan Malaka, 1919-1921” (2020), tahun kelahiran Tan ada yang “1893, 1894, 1895, 2 Juni 1892, 2 Juni 1897, dan 1899.”

Versi paling banyak dipercaya adalah 1897.

Selain memegang teguh adat-istiadat, lingkungan tempat kelahiran Tan Malaka dikenal sebagai penganut Islam yang taat.

Pun begitu dengan keluarganya.

Disebutkan bahwa Tan Malaka sering melihat ibunya membaca Al Quran meskipun dalam kondisi sakit, termasuk surat Yasin yang dipercaya bisa mencegah kehadiran Izrail sang malaikat maut.

Tan Malaka juga sering mendapatkan cerita tentang nabi-nabi dari sang ibu.

Bahkan ada sebuah tulisan yang menyebut bahwa ketika beranjak remaja, Tan Malaka sudah mahir berbahasa Arab dan menafsirkan ayat-ayat Al Quran.

Karena itu dia pernah dipercaya sebagai guru muda di surau tempatnya mengaji.

Bahkan Islam punya pengaruh besar terhadap pemikiran-pemikiran Tan Malaka.

Termasuk dalam soal-soal kemerdekaan.

Lewat Dari Penjara ke Penjara, Tan bercerita bagaimana perkenalannya dengan dunia luar: dari Minangkabau dan Islam menuju Revolusi Prancis yang memantik lahirnya ide-ide nasionalisme.

Bagi Tan, kemerdekaan tak sekadar kebebasan sebuah bangsa dari penjajah.

Lebih dari itu, kebebasan adalah soal lahirnya alam pikiran yang bebas dari segala bentuk penindasan dan kebodohan – yang kemudian dituangkan dalam karya legendarisnya Madilog.

Bangsa yang merdeka, bagi Tan, adalah bangsa yang mempunyai cara berpikir yang bebas, kritis, yang berlandaskan pada kebenaran alih-alih doktrin yang membelenggu dan menyesatkan, termasuk pada hal-hal yang berbau mistika alias gaib.

Bagi Tan, pola pikir mistika hanya akan menghadirkan kebebalan alih-alih cara berpikir yang kritis dan produktif.

Cara pikir mistika juga membuat orang jadi malas berusaha atau mencari jalan keluar.

Tan Malaka menempuh jalan komunisme untuk mencapai tujuannya, Indonesia merdeka.

Meski begitu, untuk mewujudkan itu, dia dengan yakinnya untuk menggandeng umat Islam.

Baginya, islam adalah representasi dari spirit perjuangan yang revolusioner.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses